ULASAN TENTANG PUPUK DASAR HAYATI
Bahan-bahan yang berasal dari hewan termasuk Kotoran hewan dan Limbah dari pemotongan hewan. Kotoran hewan yang berasal dari hewan penghasil susu, unggas penghasil telur, dan hewan yang dipelihara untuk produksi daging. Jenis hewan apapun yang disembelih, hanya sekitar 40% - 60% dari hewan hidup dikonversi menjadi Produk Pasar , dengan sisanya 40% - 60% digolongkan sebagai produk hasil sampingan dengan kata lain Limba kohe. Produk hasil samping dari penyembelihan hewan ini, kebanyakan tidak dapat dimakan - darah, tulang, bulu, kuku, tanduk, - dapat konversi menjadi pupuk pertanian termasuk tepung darah , tepung tulang tepung ikan , dan tepung bulu.
Hasil samping dari Ayam, yang terdiri dari kotoran ayam yang dicampur dengan serbuk gergaji, adalah pupuk organik yang telah diusulkan untuk menjadi kondisioner tanah untuk memperbaiki Tanah pertanian efek dari pupuk kimia atau sintetis yang berlebihan dan dalam kurun waktu yang lama.
Pupuk Hayati Padat
Adalah hasil olahan termasuk Kompos, Asam Humat, Asam Amino, dan ekstrak rumput laut/algae. Contoh lain adalah protein yang dicerna kelompok enzim alami. Proses pembusukan tanaman yang terjadi dari tahun-tahun sebelumnya adalah sumber kesuburan untuk tanaman. Ganggang/algae yang digunakan untuk menangkap Nitrogen dan sisa fosfor dari lahan pertanian, namun juga dapat menjadi pembenah air, dan dapat digunakan sebagai pupuk organik. "alga" yang menempel di bebatuan sungai adalah untuk mengurangi menurunnya nutrisi dan meningkatkan kualitas air yang mengalir ke sungai, dan danau. Para peneliti menemukan bahwa ganggang/algae yang kaya nutrisi ini, setelah dikeringkan dan di ekstraksi dapat diaplikasikan pada biji ,mentimun biji cabe dan jagung menghasilkan pertumbuhan yang sebanding dengan yang menggunakan pupuk kimia atau sintetis.
Sumber : www.wikipedia
Pupuk dasar hayati juga bisa di asumsikan sebagai Pembenah tanah untuk diterapkan dengan beberapa cara. Dua cara diantaranya diterapkan sebagai pupuk dasar. Yang kedua diterapkan sebagai pupuk susulan, atau diterapkan secara berkala selama musim tanam. Pengujian tanah harus dilakukan sebelum menerapkan Pupuk Hayati ini sebagai pembenah tanah. untuk mempelajari lebih lanjut tentang komposisi dan struktur tanah. Pengujian ini akan menentukan pengkondisian dan tindakan apa yang sesuai untuk tanah pertanian kita. Berikut adalah Jenis-jenis Pupuk Organik Padat yang terbuat dari bahan Hewani dan Nabati.
Bahan Yang Dibutuhkan :
Kotoran Burung Puyuh/Sapi/Kambing 200 kg
Akar Bambu/Akar Kacang Tanah 1 sak
Arang Sekam + Limbah Gergaji 100 kg
Bekatul 20 kg
Abu dapur/Abu sekam Padi 30 kg
Gula Merah/Molase 1liter
Dekomposter Extra 88/IMO 1Liter
Air Bersih tanpa Clorin secukupnya
Cara pembuatan :
Cincang akar Bambu/Akar Kacang Tanah selanjutnya campur semua bahan jadi satu dan diaduk supaya merata sambil dibasahi dengan air yang dicampur Gula merah/Molase dengan Dekomposter/IMO, sehingga bahan menjadi lembab. Tutup dengan plastik / tenda agar bajan mengalami fermentasi. Proses fermentasi sangat membutuhkan air, udara, dan panas. Proses fermentasi ini biasanya terjadi dalam jangka waktu selama 14-21 hari dengan suhu 40-50°C (dijaga kestabilannya). Bila melebihi dari 50°C tenda dibuka dan bahan diaduk-aduk hingga panas stabil lalu ditutup kembali. Lebih baik setiap 5 jam bahan dibuka untuk mengetahui suhunya. Bila kurang panas, atau kurang dari 40°C disemprot dengan air yang dicampur gula dan IMO. Begitu seterusnya sehingga bahan pupuk tidak berbau kotoran dan kalau dipegang sudah tidak panas lagi, artinya bahan ini sudah dapat digunakan.
Cara penggunaan :
Untuk tanaman padi, palawija, sayuran dan tanaman hias kebutuhan pupuk dengan dosis 1-1, 5 ton/Ha. Andaikan tanahnya terlalu liat dapat ditingkatkan menjadi 2 ton/Ha.
Resep Ke 2
Bahan Yang Dibutuhkan :
Jerami 200 kg termasuk berbagai jenis rumput/Pupuk hijau dipotong-potong sepanjang s s/d 10 cm
Dedak 10 kg
Sekam 200 kg.
Gula merah 1Kg
IMO/Dekomposter Extra 88 200 ml ( Berlaku untuk berbagai macam bahan organik, biasanya untuk membuat 1 ton Pupuk Hayati )
Air secukupnya.
Cara Pembuatan :
Cincang Jerami Larutkan IMO/Dekomposter dan gula ke dalam air
Jerami, sekam dan dedak dicampur secara merata Siramkan larutan IMO/Dekomposter secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30%. Bila adonan dikepal dengan tangan air tidak keluar dari adonan, dan bila kepalan dilepas adonan akan terurai.
Adonan dibuat gundukand tempat alas tanah yang kering dengan ketinggian adonan antara 15 s/d 20 cm, kemudian ditutup dengan karung goni selama 1 s/d 2 Minggu.
Pertahankan suhu gundukan adonan 40 s/d 50 ºC. Jika suhu lebih dari 50ºC, bukalah karung
penutup dan gundukan adonan dibolak-balik kemudian ditutup lagi dengan karung goni atau Terpal. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan Mikroorganisme menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan. Pengecekan suhu dilakukan setiap 5 jam.
Setelah 14 hari Pupuk Hayati ini telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai Pupuk dasar hayati.
Cara Penggunaan sama dengan resep Pertama
Resep Ke 3
Bahan Yang Dibutuhkan :
Kotoran Burung Puyuh 200Kg
Dedak 10 kg
Arang Sekam 200 kg
Gula Merah/Molase 250 - 300 ml
IMO/Dekomposter 200 ml
Air secukupnya
Larutkan IMO dan gula ke dalam air
Cara Pembuatan :
Pupuk kandang, sekam dan dedak dicampur secara merata.
Siramkan larutan IMO/Dekomposter secara perlahan-lahan ke dalam sampai kandungan air adonan mencapai 30%. Bila adonan doikepal dengan tangan air tidak keluar dari adonan dan bila kepalan dilepas, maka adonan akan merekah.
Adonan dibuat gundukand tempat alas tanah yang kering dengan ketinggian adonan antara 15 s/d 20 cm, kemudian ditutup dengan karung goni selama 1 s/d 2 Minggu.
Pertahankan suhu gundukan adonan 40 s/d 50 ºC. Jika suhu lebih dari 50ºC, bukalah karung penutup dan gundukan adonan dibolak-balik kemudian ditutup lagi dengan karung goni. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan Mikroorganisme menjadi rusak/mati karena terjadi proses pembusukan. Pengecekan suhu dilakukan setiap 5 jam.
Setelah 14 hari Pupuk Hayati telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk dasar atau Pupuk susulan.
Demikian Penjelasan Singkat Tentang Proses Pembuatan Pupuk Dasar Hayati dengan Penggunaan yang tepat hasil tidak akan kalah dengan yang menggunakan Pupuk kimia. Dan yang pasti biaya operasional bisa di tekan,
Semoga bermanfaat bagi para petani muda Indonesia. jika ada penjelasan yang kurang jelas bisa anda ajukan pertanyaan melalui menu komentar di bawah, atau langsung kontak dengan Admin
Mohon Maaf jika ada salah kata
Kami juga menyediakan Produk Jadi Dari PGPR ini dengan harga yang terjangkau
Baca juga ( Plants Growing Regulator)
Saung Tani
Hanif Miftahul Huda
D/a : Jl. K Mustajib RT 001/002 Kel Kunir Kec Dempet
Kab Demak Jawa Tengah 59573
Kontak Person







0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih Sudah Berkunjung ke Blog saya